Rabithah Alawiyah Jember Jl. Hayam Wuruk 203 Jember, Rek. BCA : 024 020 6927

Sabtu, Februari 14, 2009

Sejarah dan Tafsir Ayat-Ayat Puasa

Oleh: Ahmad Abdullah Bin Syech Abubakar
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqkwa.. Yaitu dalam beberapa hari tertentu. Maka barang siapa diantara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yangditinggalkan itu pada hari-hari yang laen. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fiyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin, maka itulah yang wajib baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui".
(Al-Baqarah 183-184)

Ayat puasa dimulai dengan ajakan kepada setiap orang yang memiliki walau seberat apapun. Ia dimulai dengan satu pengantar yang mengundang setiap setiap mukmin untuk sadar akan perlunya melaksanakan ajakan itu. Ia dimulai dengan panggilan mesra, Wahai orang-orang yang beriman bukan dengan panggilan
Yaa ayyuhannas untuk lebih menggugah bahwa hanya orang yang mempunyai sifat iman sajalah yang dapat menunaikan ibadah ini. Dengan demikian apa yang diwajibkan pada orang yang beriman bukanlah suatu beban, tetapi merupakan suatu tanggung jawab dari bentuk pengabdian dan pengakuan mereka dengan mengatakan beriman.
Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kewajiban puasa tanpa menunjuk siapa yang mewajibkannya, Diwajibkan atas kamu. Redaksi ini tidak menunjuk siapa pelaku pelaku yang mewajibkan. Agaknya untuk mengisyaratkan bahwa apa yang akan diwajibkan ini sedemikian penting dan bermanfaat bagi setiap orang bahkan kelompok, sehingga seandainya bukan Allah yang mewajibkannya, niscaya manusia sendiri yang akan mewajibkannya atas dirinya sendiri. Yang diwajibkan adalah ash-shiyam, yakni menahan diri.
Saumu (Puasa), menurut kamus bahasa Arab adalah "menahan dari segala sesuatu", seperti menahan makan, minum, nafsu dan menahan berbicara yang tidak bermanfaaat dan sebagainya.
Dalam istilah agama Islam yaitu : Menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat. Sesuai Firman Allah SWT:
" Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.'' (Al-Baqarah:187)
Menahan diri dibutuhkan oleh setiap orang, kaya atau miskin, muda atau tua, leleaki atau perempuan, sehat atau sakit, perorangan atau kelompok, orang modern yang hidup masa kini maupun manusia primitif yang hidup masa lalu. Selanjutnya ayat ini menjelaskan bahwa kewajiban yang dibebankan itu adalah, sebagaimana telah diwajibkan pula atas umat-umat terdahulu sebelum kamu.
Ini berarti puasa bukan hanya khusus untuk generasi mereka yang diajak berdialog pada masa turunnya ayat ini tetapi juga terhadap umat-umat terdahulu walaupun rincian cara pelaksanaannya berbeda-beda. Sekali lagi dalam redaksi diatas tidak ditemukan siapa yang mewajibkannya. Ini karena sebagian umat terdahulu berpuasa berdasar kewajiban yang ditetapkan oleh tokoh-tokoh agama mereka bukan melalui wahyu Ilahi atau petunjuk nabi.
Pakar-pakar perbandingan agama menyebutkan bahwa orang-orang Mesir kuno pun (sebelum mereka mengenal agama samawi) telah mengenal puasa. Dari mereka praktek puasa beralih kepada orang-orang Yunani dan Romawi. Puasa juga dikenal dalam Agama Budha dan Kristen, demikian juga dalam agama-agama penyembah bintang. Ibn An-Nadim dalam bukunya Al-Fharasatnya menyebutkan bahwa agama para penyembah bintang berpuasa tiga puluh hari setahun, ada pula puasa sunnah sebanyak 16 hari dan juga ada yang 27 hari. Puasa bagi mereka adalah sebagai simbol penghormatan kepada matahari, bulan dan bintang Mars yang mereka percaya sebagai bintang nasib.
Dalam ajaran Budha pun juga dikenal puasa, sejak terbit sampai terbenamnya matahari. Mereka melakukan puasa empat hari dalam sebulan yaitu pada hari-hari pertama, kesembilan, kelima belas dan kedua puluh. mereka menamainya uposatha.. Orang Yahudi mengenal puasa selama empat puluh hari bahkan dikenal beberapa macam puasa yang dianjurkan bagi penganut-penganut agama ini khususnya untuk mengenang para nabi atau peristiwa penting dalam sejarah mereka.
Agama Kristen juga demikian walaupun dalam Perjanjian Baru tidak ada isyarat tentang kewajiban puasa. Dalam praktek keberagamaan mereka dikenal aneka ragam puasa yang ditetapkan oleh pemuka-pemuka agama.
Imam Ali Karramallahu Wajwah dalam kitab Nazahatul majaalis 152 menjelaskan bahwa puasa telah diwajibkan pada Adam dan generasi setelahnya kemudian datang umat Nasrani menambahnya, dan dikatakan juga bahwa mereka memindahkan puasa tadi dari musim panas kemusim dingin...
Kewajiban tersebut dimaksudkan agar kamu bertakwa yakni terhindar dari macam sanksi dan dampak buruk baik duniawi maupun ukhrawi. Jangan duga, kewajiban yang akan dibebankan kepada kamu ini sepanjang tahun. Tidak! Ia hanya beberapa hari tertentu itu pun masih harus melihat kondisi kesehatan dan keadaan kalian. Karena itu barang siapa diantara kamu sakit yang memberatkan baginya untuk melakukan ibadah puasa yang menyebabkan kesehatannya akan terlambat pulih bila berpuasa atau ia benar-benar dalam perjalanan (kata benar-benar dipahami dari kata 'ala dalam redaksi 'ala safarin, jadi bukan perjalanan biasa yang mudah. Dahulu perjalanan ini dinilai sejauh sekitar sembilan puluh kilometer), jika yang sakit dan yang dalam perjalanan itu berbuka maka wajiblah baginya berpuasa pada hari-hari lain baik secara berturut-turut maupun tidak sebanyak hari yang ditinggalkan itu.
Apabila kondisi badannya menyebabkan ia mengalami kesuliatan berat bila berpuasa, baik karena usia lanjut atau penyakit yang diduga tidak akan sembuh lagi ataupun pekerjaan berat yang harus dilakukannya yang apabila ia tinggalkan akan menyulitkan dirinya sendiri dan keluarga yang ditanggungnya maka wajib bagi orang-orang yang berat menjalankankannya itu (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah yaitu memberi makan seorang miskin. Setelah menjelaskan izin tersebut kemudian Allah mengingatkan bahwa Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.

Penulis adalah: Aktifis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) STAIN Jember dan Direktur Kabinet Intelektual Muslim Muda (KIMM) Jember


2 komentar:

  1. RABITHAH ALAWIYAH
    Sejarah
    SEKILAS GAMBARAN UMUM RABITHAH ALAWIYAH

    Latar Belakang.
    Dalam rangka memelihara dan meningkatkan harkat dan martabat umat Islam di Indonesia, khususnya keluarga Alawiyin melalui usaha-usaha social kemasyarakatan dan pendidikan serta da’wah Islamiyah melalui pembinaan akhlak karimah serta ukhuwah Islamiyah dalam persatuan berbangsa dan bernegara, maka dua bulan setelah peristiwa Sumpa Pemuda, beberapa tokoh Alawiyin menganjurkan kepada Pemerintah Belanda untuk mendirikan perkumpulan kaum Alawiyin yang bernama al – Rabithatoel al - Alawijah berdasarkan akte Notaris Mr. A.H. Van Ophuijsen No. 66 tanggal 16 Januari 1928 dan mendapat pengesahan dari pemerintah Belanda pada tanggal 27 Desember 1928 (1346 H), yang ditandatangani oleh GR. Erdbrink ( Sekretaris Pemerintah Belanda).
    Untuk merealisasikan program-program Rabithah Alawiyah, beberapa waktu kemudian didirikan al-Maktab al-Daimi, suata lembaga yang khusus memelihara sejarah dan mencatat nasab As-Saadah Al-Alawiyyin. Maktab ini telah melakukan pencatatan di seluruh wilayah Indonesia. pada tanggal 28 Januari 1940, jumlah Alawiyin yang tercatat oleh Maktab Daimi berjumlah 17.764 orang. tokoh-tokoh yang telah berjasa antara lain : Sayid Ali bin Ja’far Assegaf dan Sayid Syech bin Ahmad bin Shabuddin.
    Realisasi Program Rabithah Alawiyah lainnya adalah di dalam bidang social. kegiatan social yang dilaksanakan oleh al-Rabithah Al-Alawiyah antara lain mendirikan Panti Asuhan Daarul Aitam pada tanggal 12 Agustus 1931 di jalan Karet No. 47, yang dipimpin pertama kali oleh Sayid Abubakar bin Muhammad bin Abdurrahman Al Habsyi.
    Perkembangan kegiatan masyarakat Alawiyin khususnya dan keturunan Arab umumnya di kemudian hari mengikuti pasang surutnya pergerakan politik di Indonesia. Di antara mereka banyak yang terjun ke bidang politik, bergabung dalam Organisasi Partai Arab Indonesia (PAI), mengingat partai-partai Nasionalis masih belum membuka diri untuk keturunan Asing.
    Setelah Proklamasi Kemerdekaan dan PAI dibubarkan, mereka berkiprah di partai-partai politik sesuai dengan hati nurani masing-masing. sedangkan perkumpulan al-Rabithah al – Alawiyah sebagai kelanjutan dari perkumpulan Jami’at Kheir tetap bergerak pada bidang social kemasyarakatan.
    Hingga kini Rabithah Alawiyah mempunyai jaringan kerja dengan majlis-majlis taklim di seluruh Indonesiayang dikelola oleh kaum Alawiyin. Di samping itu Organisasi ini jugam memfasilitasi pendirian Lembaga-lembaga Pendidikan dari mulai tingkat taman kanak-kanak hingga tingkat perguruan tinggi.
    Dalam rangka ikut mensukseskan wajib belajar, Rabithah Alawiyah telah memberikan bea siswa untuk anak-anak Alawiyin dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Sampai saat ini bea siswa telah diberikan kepada 4.040 anak. Sedangkan di bidang kesehatan, Rabithah Alawiyah telah memberikan bantuan kepada 1.659 orang dalam bentuk bantuan social kesehatan.
    Kiprah keluarga besar Rabithah Alawiyah terhadap kepentingan Nasional secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama melalui Lembaga Pendidikan Formal. Pesantren, Majlis Taklim, Majlis Dzikir, Lembaga Kursus ketrampilan yang tersebar di seluruh Tanah Air, turut serta berperan aktif mencerdaskan juga mendewasakan kehidupan berbangsa dan bernegara, membangun perekonomian rakyat serta menumbuh kembangkan kecintaan terhadap Negara Persatuan dan Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu juga Rabithah Alawiyah berusaha mewujudkan Muslim/Muslimah Indonesia selaku warga Negara yang berakhlakul karimah, mempunyai keperdulian dan turut serta bertanggung jawab mengentaskan kemiskinan dan turut perduli di dalam mengatasi persoalan-persoalan social yang terjadi ditingkat local maupun Nasional di Tanah Air.
    Pendiri Al Rabithatoel Al Alawijah.
    Perkumpulan al Rabithatoel Al Alawijah berdiri pada tahun 1346 H bertepatan dengan tanggal 27 Desember 1928 Masehi.
    Adapun para Anggota Pengurus yang pertama kali dari perkumpulan ini adalah mereka yang mendirikan yaitu :
    Sayyid Muhammad bin Abdurrahman bin Syihab ( Ketua Umum )
    Sayyid Abubakar bin Abdullah Alatas ( Wakil Ketua I )
    Sayyid Abdullah bin Ali Alaydrus ( Wakil Ketua II )
    Sayyid Abubakar bin Muhammad Al-Habsyi ( Bendahara I )
    Sayyid Idrus bin Ahmad bin Syihab ( Bendahara II )
    Sayyid Ahmad bin Abdullah Assegaf ( Sekretaris )
    Sayyid Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi ( Pengawas )
    Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddad ( Pengawas )
    Sayyid Alwi bin Thohir Al-Haddad ( Pengawas )
    Sayyid Umar bin Abdullah Az-Zahir ( Pengawas )
    Sayyid Abdullah bin Abubakar Al-Habsyi ( Pengawas )
    Syekh Salim bin Ahmad Bawazir ( Pengawas )




    Visi dan Misi
    AZAS, VISI, MISI dan TUJUAN, Dalam Anggaran Dasar telah dinyatakan bahwa organisasi ini mempunyai Azas, Visi, Misi dan Tujuan sebagaimana ditetapkan dalam Muktamar,yaitu:
    • Azas
    Rabithah Alawiyah dibangun dengan azas Islam yaitu berpegang kepada Alquran dan Sunnah Rasul Muhammad SAW, sebagai kelanjutan dari apa yang diwariskan oleh tokoh Alawiyin pendiri Arrabitatoel al-Alawijah, sesuai dengan Thariqah Alawiyah. Menerima Pancasila sebagai azas Negara RI.

    • Visi
    Menjadi wadah penggerak dan pemersartu Alawiyin di Indonesia.

    • Misi
    Membina Ukhuwah Islamiyah, meningkatkan kesadaran dan peran serta Alawiyin dalam kehidupan bermasyarakat , menciptakan kader - kader Alawiyin sebagai insan dan pemimpin yang berakhlaqul karimah, menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.

    • Tujuan
    Meningkatkan kesejahteraan lahir batin Ummat Islam Indonesia umumnya dan Keluarga Alawiyin khususnya.






    SUSUNAN KEPENGURUSAN
    RABITHAH ALAWIYAH PERIODE 2006-2011

    Dewan Penasehat

    Ketua : Hb. Abdurrahman Syech Alatas
    Anggota :
    - Hb. Dr. Syechan Syaukat Syahab
    - Hb. Umar Muhammad Muclahela
    - Hb. Dr. Quraisy Syahab
    - Hb. Husein Ali Alatas
    - Hb. Ali Abdurrahman Assegaf
    - Hb. Abdurrahman Muhammad Al-Habsyi
    - Hb. Abdul Kadir Muhammad Al-Haddad
    - Hb. Dr. Salim segaf Al-Jufri
    - Hb. Muhammad Assegaf, SH.

    Dewan Pengawas

    Ketua : Muhsein Muhdhor Khamur
    Wakil Ketua : Kadzim Salim Al-Hiyed
    Anggota :
    - Ja'far Al-Haddar
    - Ahmad AR. Massawa
    - Muhammad Husein Assegaf
    - Ketua Jamiat Kheir
    - Ketua Daarul Aitam

    Dewan Pengurus
    Ketua Umum : Zen Umar Smith
    Wakil Ketua Umum : Muhsin Idrus Al-Hamid
    Ketua : Muhammad Rizik Syahab
    Ketua : Ahmad Abdullah Al-Kaff
    Ketua : Ahmad Fahmi Assegaf
    Ketua : Ismet Abdullah Al-Habsyi
    Sekretaris Umum : Umar Ali Az-Zahir
    Wakil Sekum : Idrus Alwi Al-Masyhur
    Bendahara Umum : Abdulkadir Abdullah Assegaf
    Wakil Bend. Umum : Ahmad Umar Muclahela

    Bidang Pemberdayaan Usaha :
    - Ahmad Riyadh Al-Khiyed
    - Naufal Ali Bilfaqih

    Bidang Kesejahteraan dan Sosial :
    - Abubakar Umar Alaydrus
    - Husein Muhammad Al-Hamid

    Bidang Pemberdayaan Pemuda Dan Wanita :
    - Abdurrahman Alaydrus
    Bidang Informasi dan komunikasi :
    - Faisal Assegaf

    Bidang Organisasi :
    - AbdurrahmanAK. Basurrah

    Bidang Pendidikan :
    - Muhammad Anis Syahab
    - Muhammad Idrus Al-Hamid
    - Toha Hasan Al-Habsyi

    Bidang Dakwah :
    - Jindan Naufal Djindan
    - Muhammad Vad'aq
    - Muhammad Ridho bin Yahya



    Program Kerja
    I) Maktab Daimi

    1.1.Upaya menjadikan Maktab Addaimi satu-satunya lembaga nasab Alawiyin
    1.2.Pemutahiran data Alawiyin
    1.3.Pelatihan Kader pelestarian Nasab

    II) Keagamaan

    2.1.Memfasilitasi para Dai Alawiyin dalam kegiatan dakwah di daerah (Cabang)
    2.2.Mendokumentasikan kegiatan para Dai yang berkualitas sebagai media dakwah
    2.3.Menjadikan potensi seremonial kegiatan keagamaan sebagai media silaturahmi dan pembahasan masalah-masalah aktual.

    III) Pendidikan & Kesejahteraan

    3.1.Menerbitkan buku panduan untuk menumbuhkan ghiroh Alawiyin
    3.2.Memfasilitasi forum komunikasi lembaga pendidikan milik alawiyin minimal satu tahun sekali
    3.3.Pemberian beasiswa bagi pelajar/mahasiswa Alawiyin berprestasi yang tidak mampu
    3.4.Mengupayakan peluang beasiswa pendidikan dari lembaga Luar negeri
    3.5.Meningkatkan pemanfaatan website Rabithah Alawiyah ( www.rabithah.net) dan email (sekretariat@rabithah.net)dalam pemberian informasi peluang kerja dan usaha dari dan ke seluruh cabang
    IV) Pendanaan

    4.1.Mengaktifkan donatur tetap
    4.2.Meningkatkan penerimaaan Zakat,infaq,Shadaqah
    4.3.Mendirikan badan usaha/koperasi
    4.4.Mengusahakan bantuan dari luar negeri
    REKOMENDASI

    1. Mendokumentasikan manuskrip dari Alawiyin
    2. Mendirikan perpustakaan Ke-Islaman

    3. Turut serta dalam pembentukan Rabithah Islamiyah Indonesia.
    4. Berperan aktif dalam kegiatan Organisasi Islam

    5. Mengadakan pertemuan untuk mengevaluasi program kerja minimal 2 tahun sekali
    Dalam menangani dan menghadapi tantangan Wahhabi, jangan pula kita lupa satu lagi virus yang amat berbahaya kepada umat Islam, bahkan mungkin lebih bahaya dari Wahhabi, yang boleh menjerumuskan umat ke arah kesesatan dan kebinasaan. Syiah tidak kalah dengan Wahhabi dalam memusuhi dan membunuh Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bahkan terdapat kalangan mereka yang terkenal melakukan pembunuhan demi mencapai cita-cita dan hasrat mereka. Sudah tidak menjadi rahsia bahawa kejatuhan Daulah 'Abbasiyyah di Baghdad juga akibat pengkhianatan puak Syiah. Siapa tidak tahu mengenai Nashiruddin ath-Thusi yang sanggup bersekongkol dengan pihak Monggol untuk membunuh kaum Muslimin. Janganlah kerana layap leka mengagungkannya sebagai seorang ahli astronomi dan saintis, maka kita lupa kepada jenayah dan pengkhianatannya terhadap umat ini. Kita tidak tahu entah berapa ramai orang Ahlus Sunnah wal Jamaah telah dibunuh mereka, bahkan sehingga kini Ahlus Sunnah masih ditindas di Iran yang dahulunya adalah negara Ahlus Sunnah. Slogan perpaduan, "la Syiah wa la Sunnah", adalah seumpama slogan puak Khawarij sewaktu memerangi Baginda 'Ali r.a. iaitu perkataan yang benar tetapi tujuannya adalah kebatilan. Jika tidak ada perbezaan antara Sunnah dengan Syiah, maka kenapa perlu kamu wahai Syi`i menyebarkan fahaman kamu dalam negeri kami yang penduduknya telah sekian lama berada di bawah naungan 'aqidah Ahlus Sunnah wal Jama`ah? Allahu ... Allah, sungguh Syiah sama dengan Wahhabi, sama-sama memusuhi Ahlus Sunnah wal Jama`ah dan mereka akan menindas bahkan membunuh Ahlus Sunnah wal Jama`ah apabila dapat berbuat sedemikian. Siapakah kita ini, jika para sahabat yang mulia juga tidak lepas dari kebencian puak tersebut. Waspadalah wahai Sunniyyun.
    Kepada keturunan habaib yang kami cintai, janganlah terpengaruh dengan dakyah puak Syiah yang kononnya mencintai kamu. Sungguh kecintaan mereka itu hanya tipuan semata. Berpeganglah kamu kepada jangan para salaf kamu yang mulia agar kalian dapat kami jadikan panutan sebagaimana leluhur kamu terdahulu.
    Dalam satu pernyataan daripada Dewan Pengurus Pusat (DPP) Rabithah Alawiyah tentang perselisihan Sunni - Syiah dinyatakan antara lain:-
    Surat pernyataan dari para ulama, munsib dan tokoh-tokoh keluarga Abi Alawi di Hadramaut dan al-Haramain mengenai urusan seputar Rabithah Alawiyah yaitu "Agar tetap kokoh dan istiqomah di atas fondasi, aturan-aturan dan Anggaran Dasar yang telah disusun oleh para pendiri dan kepengurusan Rabithah Alawiyah terdahulu yang berjalan di atas Thariqah Ahlu Sunnah Wal Jamaah al-Asy`ariyah, mengakui dan mengikuti madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi`i dan Hambali).
    Diharap para habaib kita akan terus menjaga jalan para leluhur mereka. Dengan itu, tetaplah kemuliaan berada bersama mereka dan sentiasalah mereka menjadi ikutan dan panduan para muhibbin.
    Posted at 08:32 pm by ahlulbait


    SELAMAT DATANG DI SITUS ALBAYYINAT AL IMAM AL MUHAJIR ALHABIB AHMAD BIN ISA DATUK DARI PARA HABAIB BELIAU PINDAH DARI IRAQ KE HADRAMAUT KARENA SAAT ITU DI IRAQ TIMBUL FITNAH DAN FITNAH YANG TERBESAR ADALAH MUNCULNYA ALIRAN SYIAH ( KITAB ALBARGOH ALMASYIGOH, OLEH HABIB ALI BIN ABUBAKAR ASSAKRON ) OLEH KARENA ITU HABIB ALI ALHABSYI ( SOHIBUL MAULID ) MENGATAKAN KALAU ADA ALAWI (HABIB) TIDAK MENGIKUTI JALAN ORANG ORANG TUANYA ( BUKAN SUNNI ) MAKA DIA BUKAN ALAWI ( HABIB )


    ( Al Khalal / As Sunnah, 2-557 )

    Begitu pula Ibnu Katsir berkata, dalam kaitannya dengan firman Allah surat Al Fath ayat 29, yang artinya :
    “ Muhammad itu adalah Rasul (utusan Allah). Orang-orang yang bersama dengan dia (Mukminin) sangat keras terhadap orang-orang kafir, berkasih sayang sesama mereka, engkau lihat mereka itu rukuk, sujud serta mengharapkan kurnia daripada Allah dan keridhaanNya. Tanda mereka itu adalah di muka mereka, karena bekas sujud. Itulah contoh (sifat) mereka dalam Taurat. Dan contoh mereka dalam Injil, ialah seperti tanaman yang mengeluarkan anaknya (yang kecil lemah), lalu bertambah kuat dan bertambah besar, lalu tegak lurus dengan batangnya, sehingga ia menakjubkan orang-orang yang menanamnya. (Begitu pula orang-orang Islam, pada mula-mulanya sedikit serta lemah, kemudian bertambah banyak dan kuat), supaya Allah memarahkan orang-orang kafir sebab mereka. Allah telah menjanjikan ampunan dan pahala yang besar untuk orang-orang yang beriman dan beramal salih diantara mereka”.
    Beliau berkata : Dari ayat ini, dalam satu riwayat dari Imam Malik, beliau mengambil kesimpulan bahwa golongan Rofidhoh (Syiah), yaitu orang-orang yang membenci para sahabat Nabi SAW, adalah Kafir.
    Beliau berkata : “Karena mereka ini membenci para sahabat, maka dia adalah Kafir berdasarkan ayat ini”. Pendapat tersebut disepakati oleh sejumlah Ulama.

    (Tafsir Ibin Katsir, 4-219)

    Imam Al Qurthubi berkata : “Sesungguhnya ucapan Imam Malik itu benar dan penafsirannya juga benar, siapapun yang menghina seorang sahabat atau mencela periwayatannya, maka ia telah menentang Allah, Tuhan seru sekalian alam dan membatalkan syariat kaum Muslimin”.

    (Tafsir Al Qurthubi, 16-297).

    IMAM AHMAD
    الامام احمد ابن حمبل
    :
    روى الخلال عن ابى بكر المروزى قال : سألت ابا عبد الله عمن يشتم

    أبا بكر وعمر وعائشة ؟ قال: ماأراه على الاسلام
    .
    ( الخلال / السنة : ۲، ٥٥٧)


    Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, ia berkata : “Saya bertanya kepada Abu Abdullah tentang orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan Aisyah? Jawabnya, saya berpendapat bahwa dia bukan orang Islam”.

    ( Al Khalal / As Sunnah, 2-557).

    Beliau Al Khalal juga berkata : Abdul Malik bin Abdul Hamid menceritakan kepadaku, katanya: “Saya mendengar Abu Abdullah berkata : “Barangsiapa mencela sahabat Nabi, maka kami khawatir dia keluar dari Islam, tanpa disadari”.

    (Al Khalal / As Sunnah, 2-558).

    Beliau Al Khalal juga berkata :

    وقال الخلال: أخبرنا عبد الله بن احمد بن حمبل قال : سألت أبى عن رجل شتم رجلا

    من اصحاب النبى صلى الله عليه وسلم فقال : ما أراه على الاسلام

    (الخلال / السنة : ۲،٥٥٧)

    “ Abdullah bin Ahmad bin Hambal bercerita pada kami, katanya : “Saya bertanya kepada ayahku perihal seorang yang mencela salah seorang dari sahabat Nabi SAW. Maka beliau menjawab : “Saya berpendapat ia bukan orang Islam”.

    (Al Khalal / As Sunnah, 2-558)

    Dalam kitab AS SUNNAH karya IMAM AHMAD halaman 82, disebutkan mengenai pendapat beliau tentang golongan Rofidhoh (Syiah) :

    “Mereka itu adalah golongan yang menjauhkan diri dari sahabat Muhammad SAW dan mencelanya, menghinanya serta mengkafirkannya, kecuali hanya empat orang saja yang tidak mereka kafirkan, yaitu Ali, Ammar, Migdad dan Salman. Golongan Rofidhoh (Syiah) ini sama sekali bukan Islam.


    AL BUKHORI
    الامام البخارى
    .
    قال رحمه الله : ماأبالى صليت خلف الجهمى والرافضى

    أم صليت خلف اليهود والنصارى

    ولا يسلم عليه ولا يعادون ولا يناكحون ولا يشهدون ولا تؤكل ذبائحهم
    .
    ( خلق أفعال العباد :١٢٥)


    Iman Bukhori berkata : “Bagi saya sama saja, apakah aku sholat dibelakang Imam yang beraliran JAHM atau Rofidhoh (Syiah) atau aku sholat di belakang Imam Yahudi atau Nasrani. Dan seorang Muslim tidak boleh memberi salam pada mereka, dan tidak boleh mengunjungi mereka ketika sakit juga tidak boleh kawin dengan mereka dan tidak menjadikan mereka sebagai saksi, begitu pula tidak makan hewan yang disembelih oleh mereka.
    (Imam Bukhori / Kholgul Afail, halaman 125).

    AL FARYABI

    الفريابى :

    روى الخلال قال : أخبرنى حرب بن اسماعيل الكرمانى

    قال : حدثنا موسى بن هارون بن زياد قال: سمعت الفريابى ورجل يسأله عمن شتم أبابكر

    قال: كافر، قال: فيصلى عليه، قال: لا. وسألته كيف يصنع به وهو يقول لا اله الا الله،

    قال: لا تمسوه بأيديكم، ارفعوه بالخشب حتى تواروه فى حفرته.

    (الخلال/السنة: ۲،٥٦٦)


    Al Khalal meriwayatkan, katanya : “Telah menceritakan kepadaku Harb bin Ismail Al Karmani, katanya : “Musa bin Harun bin Zayyad menceritakan kepada kami : “Saya mendengar Al Faryaabi dan seseorang bertanya kepadanya tentang orang yang mencela Abu Bakar. Jawabnya : “Dia kafir”. Lalu ia berkata : “Apakah orang semacam itu boleh disholatkan jenazahnya ?”. Jawabnya : “Tidak”. Dan aku bertanya pula kepadanya : “Mengenai apa yang dilakukan terhadapnya, padahal orang itu juga telah mengucapkan Laa Ilaaha Illalloh?”. Jawabnya : “Janganlah kamu sentuh jenazahnya dengan tangan kamu, tetapi kamu angkat dengan kayu sampai kamu turunkan ke liang lahatnya”.

    (Al Khalal / As Sunnah, 6-566)
    .
    AHMAD BIN YUNUS

    Beliau berkata : “Sekiranya seorang Yahudi menyembelih seekor binatang dan seorang Rofidhi (Syiah) juga menyembelih seekor binatang, niscaya saya hanya memakan sembelihan si Yahudi dan aku tidak mau makan sembelihan si Rofidhi (Syiah), sebab dia telah murtad dari Islam”.

    (Ash Shariim Al Maslul, halaman 570).

    ABU ZUR’AH AR ROZI


    أبو زرعة الرازى.

    اذا رأيت الرجل ينتقص أحدا من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم

    فاعلم أنه زنديق، لأن مؤدى قوله الى ابطال القران والسنة.

    ( الكفاية : ٤٩)


    Beliau berkata : “Bila anda melihat seorang merendahkan (mencela) salah seorang sahabat Rasulullah SAW, maka ketahuilah bahwa dia adalah ZINDIIG. Karena ucapannya itu berakibat membatalkan Al-Qur'an dan As Sunnah”.

    (Al Kifayah, halaman 49).

    ABDUL QODIR AL BAGHDADI

    Beliau berkata : “Golongan Jarudiyah, Hisyamiyah, Jahmiyah dan Imamiyah adalah golongan yang mengikuti hawa nafsu yang telah mengkafirkan sahabat-sahabat terbaik Nabi, maka menurut kami mereka adalah kafir. Menurut kami mereka tidak boleh di sholatkan dan tidak sah berma’mum sholat di belakang mereka”.

    (Al Fargu Bainal Firaq, halaman 357).

    Beliau selanjutnya berkata : “Mengkafirkan mereka adalah suatu hal yang wajib, sebab mereka menyatakan Allah bersifat Al Bada’

    IBNU HAZM

    Beliau berkata : “Salah satu pendapat golongan Syiah Imamiyah, baik yang dahulu maupun sekarang ialah, bahwa Al-Qur'an sesungguhnya sudah diubah”.
    Kemudian beliau berkata : ”Orang yang berpendapat bahwa Al-Qur'an yang ada ini telah diubah adalah benar-benar kafir dan mendustakan Rasulullah SAW”.

    (Al Fashl, 5-40).

    ABU HAMID AL GHOZALI

    Imam Ghozali berkata : “Seseorang yang dengan terus terang mengkafirkan Abu Bakar dan Umar Rodhialloh Anhuma, maka berarti ia telah menentang dan membinasakan Ijma kaum Muslimin. Padahal tentang diri mereka (para sahabat) ini terdapat ayat-ayat yang menjanjikan surga kepada mereka dan pujian bagi mereka serta pengukuhan atas kebenaran kehidupan agama mereka, dan keteguhan aqidah mereka serta kelebihan mereka dari manusia-manusia lain”.
    Kemudian kata beliau : “Bilamana riwayat yang begini banyak telah sampai kepadanya, namun ia tetap berkeyakinan bahwa para sahabat itu kafir, maka orang semacam ini adalah kafir. Karena dia telah mendustakan Rasulullah. Sedangkan orang yang mendustakan satu kata saja dari ucapan beliau, maka menurut Ijma’ kaum Muslimin, orang tersebut adalah kafir”.

    (Fadhoihul Batiniyyah, halaman 149).


    AL QODHI IYADH

    Beliau berkata : “Kita telah menetapkan kekafiran orang-orang Syiah yang telah berlebihan dalam keyakinan mereka, bahwa para Imam mereka lebih mulia dari pada para Nabi”.
    Beliau juga berkata : “Kami juga mengkafirkan siapa saja yang mengingkari Al-Qur'an, walaupun hanya satu huruf atau menyatakan ada ayat-ayat yang diubah atau ditambah di dalamnya, sebagaimana golongan Batiniyah (Syiah) dan
    Syiah Ismailiyah”.

    (Ar Risalah, halaman 325).

    AL FAKHRUR ROZI

    Ar Rozi menyebutkan, bahwa sahabat-sahabatnya dari golongan Asyairoh mengkafirkan golongan Rofidhoh (Syiah) karena tiga alasan :
    Pertama: Karena mengkafirkan para pemuka kaum Muslimin (para sahabat Nabi). Setiap orang yang mengkafirkan seorang Muslimin, maka dia yang kafir. Dasarnya adalah sabda Nabi SAW, yang artinya : “Barangsiapa berkata kepada saudaranya, hai kafir, maka sesungguhnya salah seorang dari keduanya lebih patut sebagai orang kafir”.
    Dengan demikian mereka (golongan Syiah) otomatis menjadi kafir.
    Kedua: “Mereka telah mengkafirkan satu umat (kaum) yang telah ditegaskan oleh Rasulullah sebagai orang-orang terpuji dan memperoleh kehormatan (para sahabat Nabi)”.
    Ketiga: Umat Islam telah Ijma’ menghukum kafir siapa saja yang mengkafirkan para tokoh dari kalangan sahabat.

    (Nihaayatul Uguul, Al Warogoh, halaman 212).

    IBNU TAIMIYAH

    Beliau berkata : “Barangsiapa beranggapan bahwa Al-Qur'an telah dikurangi ayat-ayatnya atau ada yang disembunyikan, atau beranggapan bahwa Al-Qur'an mempunyai penafsiran-penafsiran batin, maka gugurlah amal-amal kebaikannya. Dan tidak ada perselisihan pendapat tentang kekafiran orang semacam ini”
    Barangsiapa beranggapan para sahabat Nabi itu murtad setelah wafatnya Rasulullah, kecuali tidak lebih dari sepuluh orang, atau mayoritas dari mereka sebagai orang fasik, maka tidak diragukan lagi, bahwa orang semacam ini adalah kafir. Karena dia telah mendustakan penegasan Al-Qur'an yang terdapat di dalam berbagai ayat mengenai keridhoan dan pujian Allah kepada mereka. Bahkan kekafiran orang semacam ini, adakah orang yang meragukannya? Sebab kekafiran orang semacam ini sudah jelas....

    (Ash Sharim AL Maslul, halaman 586-587).

    SYAH ABDUL AZIZ DAHLAWI

    Sesudah mempelajari sampai tuntas mazhab Itsna Asyariyah dari sumber-sumber mereka yang terpercaya, beliau berkata : “Seseorang yang menyimak aqidah mereka yang busuk dan apa yang terkandung didalamnya, niscaya ia tahu bahwa mereka ini sama sekali tidak berhak sebagai orang Islam dan tampak jelaslah baginya kekafiran mereka”.

    (Mukhtashor At Tuhfah Al Itsna Asyariyah, halaman 300).

    MUHAMMAD BIN ALI ASY SYAUKANI

    Perbuatan yang mereka (Syiah) lakukan mencakup empat dosa besar, masing-masing dari dosa besar ini merupakan kekafiran yang terang-terangan.
    Pertama : Menentang Allah.
    Kedua : Menentang Rasulullah.
    Ketiga : Menentang Syariat Islam yang suci dan upaya mereka untuk melenyapkannya.
    Keempat : Mengkafirkan para sahabat yang diridhoi oleh Allah, yang didalam Al-Qur'an telah dijelaskan sifat-sifatnya, bahwa mereka orang yang paling keras kepada golongan Kuffar, Allah SWT menjadikan golongan Kuffar sangat benci kepada mereka. Allah meridhoi mereka dan disamping telah menjadi ketetapan hukum didalam syariat Islam yang suci, bahwa barangsiapa mengkafirkan seorang muslim, maka dia telah kafir, sebagaimana tersebut di dalam Bukhori, Muslim dan lain-lainnya.

    (Asy Syaukani, Natsrul Jauhar Ala Hadiitsi Abi Dzar, Al Warogoh, hal 15-16)


    PARA ULAMA SEBELAH TIMUR SUNGAI JAIHUN

    Al Alusi (seorang penulis tafsir) berkata : “Sebagian besar ulama disebelah timur sungai ini menyatakan kekafiran golongan Itsna Asyariyah dan menetapkan halalnya darah mereka, harta mereka dan menjadikan wanita mereka menjadi budak, sebab mereka ini mencela sahabat Nabi SAW, terutama Abu Bakar dan Umar, yang menjadi telinga dan mata Rasulullah SAW, mengingkari kekhilafahan Abu Bakar, menuduh Aisyah Ummul Mukminin berbuat zina, padahal Allah sendiri menyatakan kesuciannya, melebihkan Ali r.a. dari rasul-rasul Ulul Azmi. Sebagian mereka melebihkannya dari Rasulullah SAW dan mengingkari terpeliharanya Al-Qur'an dari kekurangan dan tambahan”.

    (Nahjus Salaamah, halaman 29-30).

    Demikian telah kami sampaikan fatwa-fatwa dari para Imam dan para Ulama yang dengan tegas mengkafirkan golongan Syiah yang telah mencaci maki dan mengkafirkan para sahabat serta menuduh Ummul mukminin Aisyah berbuat serong, dan berkeyakinan bahwa Al-Qur'an yang ada sekarang ini tidak orisinil lagi (Mukharrof). Serta mendudukkan imam-imam mereka lebih tinggi (Afdhol) dari para Rasul.
    Semoga fatwa-fatwa tersebut dapat membantu pembaca dalam mengambil sikap tegas terhadap golongan Syiah.
    “Yaa Allah tunjukkanlah pada kami bahwa yang benar itu benar dan jadikanlah kami sebagai pengikutnya, dan tunjukkanlah pada kami bahwa yang batil itu batil dan jadikanlah kami sebagai orang yang menjauhinya.”

    BalasHapus
  2. Pragmatic Play debuts two US online slots - JTM Hub
    The 사천 출장안마 announcement came 전주 출장마사지 as 통영 출장마사지 Pragmatic Play 천안 출장마사지 announced a new addition to its portfolio of casino games, which includes titanium tubing slot

    BalasHapus

About This Blog

  © Free Blogger Templates Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP